Kemeriahan Grebeg Sudiro 2015 di Solo

Grebeg Sudiro adalah akulturasi perayaan antara masyarakat Tionghoa dan Jawa. Sebenarnya, perayaan ini adalah pengembangan dari tradisi Tionghoa, yaitu Buk Teko ini karena adanya generasi baru akibat perkawinan campuran antara suku Tionghoa yang menetap di kawasan tersebut dengan masyarakat setempat. Acara untuk menyambut imlek ini dilaksanakan di Kelurahan Sudiroprajan, tepatnya di kawasan Pasar Gede.

Tahun ini, Grebeg Sudiro dilaksanakan pada 15 – 18 Februari 2015. Acara yang dihadiri oleh puluhan ribu manusia itu berlangsung harmonis tanpa masalah. Diusung dengan tema ‘manunggaling budhaya nguri-uri luhuring bangsa‘, acara ini sukses membuat lautan manusia tidak beranjak.

Saya mengikuti acara ini sejak dibunyikannya drum band oleh anggota TNI yang bergabung dalam Sasana Naga Doreng. Ya, sungguh indah musik yang dibawakannya. Mereka selalu bisa menghadirkan suasana ceria bagi penonton. Setelahnya, mereka menampilkan aksi barongsai dan leang-leong.

Setelah kedua aksi itu selesai, petugas pengamanan langsung meminta penonton untuk mundur kembali. Akibat ulah mereka yang terlalu maju untuk menonton, saya kembali mundur untuk menyaksikan proses doa atau pencipratan air ke kue keranjang dan beberapa makanan tradisional.

Rasanya tidak bisa bernapas lega mengikuti jalannya acara ini mengingat lautan manusia ada di belakang dan di depan saya. Meski terhitung jarak dekat dari pertunjukan, tetap saja. Tinggi saya yang kecil hanya mampu menjinjit sedikit untuk mengambil gambar.

Tak hanya Sasana Naga Doreng, tetapi juga Macan Putih Sudiro dan Makin Solo menampilkan barongsai dan leang-leongnya usai prosesi pencipratan ke beberapa makanan tersebut.

Karena terlalu lama pertunjukan tersebut, saya pun berkeliling mengitari sekitaran area Pasar Gede. Ternyata masih banyak peserta yang belum tampil.

Menarik sekali ketika melihat budaya tionghoa dan budaya jawa dapat berpadu menghasilkan acara cantik seperti ini. Kita bisa menambah pengetahuan dan mengetahui hal-hal unik dari setiap seni yang ditampilkan.

Kabarnya, ada 4.000 kue keranjang yang dibagikan pada acara tahun ini. Sebelumnya, kue tersebut diletakkan di Jodang (tempat menaruh tumpeng atau hasil bumi). Acara yang berbentuk karnaval ini berute dari Pasar Gede – Jl. Jenderal Sudirman – Jl. Mayor Sunaryo – Jl. Kapten Mulyadi – Jl. R.E. Martadinata – Jl. Cut Nyak Dien – Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Jenderal Urip Sumoharjo.

Partisipasi masyarakat sangatlah baik, mereka mampu menampilkan hasil karya terbaik mereka. Tarian daerah, barongsai, dan kebudayaan setempat berpadu dengan cantiknya. Pertunjukan dari Sasana Naga Doreng, Makin Solo, dan warga setempat menjadi bumbu yang pas untuk menghasilkan atraksi menarik.